Lombok Tengah, 7 Juli 2025 — Desa adat Sade di Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat, kini menjadi primadona wisata budaya di Indonesia. Setelah penataan kawasan dan promosi digital yang konsisten sejak 2023, jumlah kunjungan wisatawan melonjak hingga 500% dalam dua tahun terakhir. Hal ini menjadikan Desa Sade sebagai salah satu desa adat paling berkembang secara wisata dan ekonomi kreatif di Asia Tenggara.
Daya tarik utama dari Desa Sade bukan hanya arsitektur unik dan kerajinan tenunnya, tetapi juga pengalaman hidup langsung bersama warga lokal, termasuk tidur di rumah tradisional beratap alang-alang dan mengikuti kegiatan adat harian.
Wisata Budaya yang Autentik dan Imersif
Program unggulan yang disediakan oleh pengelola wisata Desa Sade antara lain:
-
🌾 “Menginap di Bale Tani” – wisatawan diajak tidur di rumah adat tanpa AC, tanpa WiFi, hanya ditemani lampu minyak dan suara alam
-
🧶 “Menenun Bersama Ibu-Ibu Suku Sasak” – belajar langsung teknik tenun tradisional dari benang kapas lokal
-
🍛 “Dapur Sade” – kelas memasak makanan khas Lombok seperti ayam taliwang dan beberuk terong bersama keluarga lokal
-
🎵 “Malam Gendang Beleq” – pertunjukan musik tradisional di tengah halaman rumah warga yang digelar seminggu sekali
Modernisasi Tanpa Kehilangan Identitas
Pemerintah desa dan LSM pelestarian budaya bekerja sama membangun fasilitas sanitasi ramah lingkungan, solar panel untuk penerangan, dan jalur pedestrian alami dari batu vulkanik tanpa mengubah struktur utama kampung adat.
Setiap rumah yang menerima wisatawan sudah mendapatkan pelatihan tentang hospitality berstandar internasional, namun tetap menjaga nilai-nilai adat seperti:
-
Larangan menggunakan bahasa kasar
-
Waktu hening saat malam tiba
-
Ritual harian seperti memberi sesajen kecil untuk leluhur
Viral di Media Sosial, Diangkat Sineas Lokal
Video tentang kehidupan di Desa Sade sempat viral di TikTok dengan tagar #TidurDiRumahSuku, ditonton lebih dari 12 juta kali. Bahkan, sineas muda Indonesia Anggia Yuniar telah merilis film dokumenter pendek berjudul “Menjadi Tamu Leluhur”, yang masuk seleksi Asia Documentary Circle 2025.
Kesimpulan
Desa Sade membuktikan bahwa pariwisata budaya bisa hidup dan tumbuh tanpa mengorbankan akar tradisi. Dengan menyatukan keaslian budaya Sasak dan pendekatan wisata berkelanjutan, Sade kini bukan hanya destinasi — tetapi juga cermin hidup tentang bagaimana manusia modern bisa belajar dari masa lalu.
Sebuah tempat di mana teknologi ditinggalkan di luar pintu — dan manusia kembali menjadi tamu dari alam dan sejarah.
