Pada pertengahan Juli 2025, provinsi Sweida di Suriah selatan menjadi pusat kekerasan sektarian antara kelompok milisi Druze dan suku Bedouin. Konflik ini menyebabkan lebih dari 1.000 orang tewas dan memaksa lebih dari 93.000 orang mengungsi. Sebagai respons, pemerintah Suriah memulai evakuasi massal warga sipil Bedouin dari kota Sweida menuju provinsi Daraa yang lebih aman.
Latar Belakang Konflik
Konflik dimulai pada 13 Juli 2025, ketika bentrokan antara milisi Druze dan suku Bedouin meletus di kota Sweida dan sekitarnya. Pemerintah Suriah mengirimkan pasukan untuk meredakan situasi, namun ketegangan meningkat setelah serangan udara Israel yang menargetkan pasukan pemerintah Suriah di Damaskus. Serangan ini dilakukan dengan alasan untuk melindungi komunitas Druze, yang memiliki hubungan historis dengan Israel. New York Post
Evakuasi dan Situasi Kemanusiaan
Pada 21 Juli 2025, pemerintah Suriah mulai mengevakuasi sekitar 1.500 warga sipil Bedouin dari Sweida menggunakan bus dan truk yang dikawal oleh kendaraan Palang Merah Suriah. Evakuasi ini bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan memberikan perlindungan bagi warga sipil yang terdampak. Namun, sekitar 30.000 warga sipil, sebagian besar dari komunitas Druze, masih terjebak di dalam kota tanpa akses ke listrik atau internet.
Peran Internasional dan Respons Global
Israel melakukan serangan udara terhadap pasukan pemerintah Suriah dengan alasan untuk melindungi komunitas Druze. Namun, Amerika Serikat mengkritik intervensi militer Israel sebagai langkah yang tidak tepat dan kontraproduktif. Utusan khusus AS, Tom Barrack, menegaskan dukungan terhadap pemerintah Suriah yang baru dan menekankan pentingnya dialog dan gencatan senjata untuk mengurangi ketegangan di kawasan.
Kesimpulan
Konflik sektarian di Sweida mencerminkan tantangan besar bagi stabilitas Suriah pasca-perang. Evakuasi massal yang dilakukan menunjukkan upaya pemerintah Suriah untuk meredakan ketegangan dan melindungi warga sipil. Namun, situasi kemanusiaan yang memburuk dan intervensi internasional yang kompleks menambah kesulitan dalam mencari solusi jangka panjang. Penting bagi komunitas internasional untuk mendukung proses rekonsiliasi dan memastikan perlindungan bagi semua kelompok etnis dan agama di Suriah.
